Sabtu, Februari 07, 2009

Pucat Pasi

Saat itu pukul 20.34 malem. Belahan dunia bagian yang terkena garis khayal Khatulistiwa udah malam. Aku dan Cynthia terus menelusuri keramaian kota yang berhiaskan lampu-lampu yang sejak gue SD warnanya sama aja. Bagi kita, ini merupakan first experience dimana kita berdua main di Bandung tanpa pengawasan orang tua.

Kemudian kita berdua masuk ke kawasan Landasan IPTN. Kita berdua diem. Cynthia menghentikan gas motornya. Kita berdua memandangi suasana di depan kita yang nggak lain adalah SD dan TK Angkasa. Berbeda dari hiasan lampu yang nggak pernah ganti warnanya itu, tapi disini warnanya item. Layaknya kota mati yang emang udah nggak ada orang di sekitarnya.

Aku mencoba memberi saran pada Cynthia agar dia memutar balik. Tapi aku yakin dengan kelebihannya: liat yang kayak gitu (ikh apaan tuh yang kayak gitu?), dia nggak bakal takut.

Mengingat di sebrang Landasan IPTN ada kumpulan batu nisan dan tanah yang digemburkan sebanyak beberapa petak alias kuburan, aku langsung Asalamu Alaikum sambil istighfar.

Dan ternyata bukan cuma aku yang keringet dingin. Cewek jangkung yang nyetirin motor juga gemeteran.

"Eh. Lewat BTC aja yah."

"...Iya. Gimana kamu aja, deh."

Kita pun masuk ke daerah belakang BTC dengan tenang. Kupikir ini adalah akhir dari ketakutanku. Ternyata bukan. Mampuslah aku.

Palang masuk ke kawasan belakang BTC ditutup. Dan harepan kita buat kembali tidur di kasur empuk kita cuma lewatin jalan tadi. Akh. Aku dan Cynthia berkali-kali baca doa berpergian. "Bismilahi Tawakaltu Allahlohi Walakuwata Ilabila..."

And, then, i closed my eyes. It's dark. Darker than black. Akh lo kira anime. Dan WALLLAAA!!! Kita udah keluar kawasan mati itu. Cynthia berulang kali mengucapkan syukur.

Satu hal yang baru aku sadar waktu itu. Pas di lampu merah orang-orang ngeliatin aku dan Cynthia seperti baru liat kuntilanak belajar motor sama suster ngesot nemenin. Karena muka kita berdua pucat pasi sehabis keluar dari tempat sinting itu.

Apalagi mengingat aku dan Cynthia baru nonton film horornya Julia Perez.

Tidak ada komentar: