Ini berkisah beberapa menit setelah aku dan Cynthia lepas dari daerah mati itu. Saat itu sempet-sempetnya aku yang duduk di belakang supir setiaku baca novel. Novel Raditya Dika yang kebetulan kutemuin di perpustakaan sekolah dan kubawa pergi langsung.
Setelah baca cerita terakhirnya selesai, aku merogoh saku.
Anjing. Mampus.
HP Cynthia ilang. Di kantong kiri nggak ada. Di kantong kanan nggak ada. Di kantong depan nggak ada. Di kantong jaket nggak ada. Di tasnya nggak ada. Di tasku nggak ada. Di bawah sepatuku nggak ada (ya iyalah goblok!). Akh.
Saat itu aku merenungkan diri. Akh. Mungkin ini saatnya merubah target nabungku, batinku berkata begitu sembari menendangku dengan sadis.
Iyep. Setelah Ericchan ilang disambar pembokat sialanku, aku mulai nabung dengan niat beli HP baru yang lebih edan: Nokia N82. Entah karena dulu aku kelas 8.2 maka terobsesilah aku pada N82. Tapi, itu harus aku urungkan untuk membeli HP bobrok Cynthia. And i know, that's my fault. But actually it's Raditya Dika's Novel's fault!
Stop bicara sok Bahasa Inggirsnya.
Inilah saat-saat yang nggak kusuka. Kita berdua masuk ke kawasan rumah kita. Dan saatnya menanyakannya.
"HP kamu ada dimana," kataku pucat pasi.
Cewek itu diam.
"Woi, jawab!" emosiku mulai naik. Cewek sinting itu tetap diam.
"Ada disini, goblok! Akh sia mah."
Sekarang aku yang diam. Cewek itu menggas motornya setelah menyimpan(?)ku di depan rumahku. Akhirnya aku masih ada kesempatan nabung buat beli N82... Oh God Thanks For Everything Now.
Dibilangin udah Bahasa Inggrisnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar